MENGENAL GITJ DARI DEKAT
I. Pendahuluan
Sejarah
gereja sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik tempat dimana gereja itu
dilahirkan. Demikian juga sejarah lahirnya gereja Mennonit sangat dipengaruhi
oleh adanya penyimpangan/ pembelokan firman Tuhan oleh para imam Katholik untuk
kepentingan pribadi. Para imam menjadikan umat
sebagai sasaran untuk pemenuhan kepentingan pribadi melalui penjualan Surat Indulgensia/Aflat ( Pengampunan
Dosa ). Para imam mempropaganda umat untuk membeli surat Indulgensia supaya dosanya diampuni.
Semakin banyak surat
aflat yang dibeli seseorang maka makin besar dosa yang diampuni dan makin besar
juga kemungkinannya untuk masuk surga. Hal
ini dapat dikatakan bahwa keselamatan itu hanya milik orang – orang yang
berduit saja .
MENNO SIMON
Dari kenyataan inilah gereja menonit lahir di Swiss 1525
yang merupakan bagian dari gerekan reformasi yang berupaya untuk memulihan
gereja Tuhan kembali kepada kebenaran Kitab Suci sebagai firman Allah yang
hidup. Gereja Menonit merupakan bagian dari gerakan Anabaptis yang muncul di
daratan Eropa yang tak berselang lama setelah munculnya gerakan Reformasi dari
Martin Luther. Gereja Menonit saat ini sudah berkembang di lima benua yang
tersebar di 75 negara dengan jumlah 1.478.540 yang terdiri dari 217 Sinode
termasuk 3 Sinode di Indonesia. ( Mennonite
World Directory/ 2006 ) Jumlah warga jemaat gereja menonit di Indonesia
saat ini lebih kurang 75.000 jiwa baptis.
Sebagai
orang GITJ yang juga orang Menonit kita perlu memahami GITJ yang tak terlepas
dari komunitas Mennonite di dunia, dan juga lingkungan budaya dimana gereja itu
berada dan berkembang, sehingga sangatlah
penting untuk memahami GITJ sebagai
gereja menonite yang yang tidak sama persis dengan induknya yaitu gereja Mennonite di
negeri Belanda secara khusus, Eropa, dan Amerika Utara ( Amerika dan Kanada ).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih konkrit tentang perjalanan sejarah GITJ
dari lahirnya sampai saat ini adalah sebagai berikut :
II. Perjalanan GITJ
A. Periode
1851 – 1940
1. Usaha
Penginjilan DZV
Gereja
Injili di Tanah Jawa secara formal diakui
adalah buah pekerjaan Badan Misi dari Nederland DZV ( Doopsgezinde Zendings Vereeneging )
yang dibentuk pada tahun 1847. Empat tahun kemudian DZV mengutus Pieters Janz
ke Indonesia tahun 1851 tiba di Jakarta, oleh karena Pieter Jansz tidak
mendapatkan tempat untuk mengabarkan Injil, maka atas saran Gubernur Jenderal
pemerintah Kolonial Hindia Belanda, Jans disarankan ke Jawa. Pieter Jansz tiba di
Jepara tahun 1852, menetapkan dan mendapatkan ijin dari Gubernur Jenderal untuk
membuka ladang pelayanan di daerah Cumbring-Jepara di areal perkebunan milik
Sukias seorang Armenia.
1.1. Buah Pertama Pieter Jansz.
Dengan
semangat pantang menyerah untuk memberitakan Injil kepada orang – orang yang
bekerja di perkebunan Sukias, maka pada tanggal 16 April 1854 Jansz berhasil
membabtis 5 orang yang percaya kepada Kristus. Kelima aorang tersebut yaitu :
Djo Santiko ( Paulus Rebo ), Nyi Paloh ( Djamiah ), Dimah ( Zusana ), Nyi
Rasinah ( Magdalena ), Mbok Setro ( Elizabeth Lasiah ).
1.2. Perceel sebagai Metode Baru Pekabaran Injil
Setelah
Pieter Jansz mendapat masalah dari pemerintah Kolonial yaitu Pieter Jansz
dilarang memberitakan Injil oleh karena Traktat
Jansz yang berjudul “ Waktunya sudah dekat,kerajaan Allah sudah dekat,
bertobatlah dan percayalah pada Injil “,sangat meresah stabilitas polotik
Koloniall pada saat itu ( 1859 ), maka Jansz lebih memfokuskan diri pada
penterjemahan Alkitab dalam bahasa Jawa. Lalu DZV mengutus ND Schuurman sampai
dengan tahun 1876. Akan tetapi karena alasan kesehatan Schuurman harus pulang,
kemudian DZV mengutus Pieter Anthony Jansz ( Jansz muda ) menggantikan ayahnya
sebagai penanggung jawab pekerjaan misi di Indonesia. Melalui sentuhan kreativ
Jansz inilah ide membuka koloni – koloni atau lebih terkenal Perceel yang dari
Jansz tua ( ayahnya ) dinyatakan di beberapa daerah yaitu : Margorejo (1881),
Margokerto ( 1901 ), Bumiharjo ( 1910 ), dan Pakis Suwawal ( 1925 ).
Dengan
menggunakan metode Perceel pekabaran Injil berkembang dengan cepat , sehingga mendorong
Jansz muda untuk membuka sekolah – sekolah Kristen dan poliklinik – poliklinik
di setiap perceel.
1.2.1. Pendirian
Rumah Sakit Kelet, Gereja Kelet,dan Donorojo.
Setelah berhasil mengembangkan Poliklinik di Margorejo,
maka kemudian ada upaya untuk membangun di beberapa tempat. Kemudian Dr.
Bervoet yang diberi tugas mencari tempat pendirian Rumah Sakit mengadakan
perjalanan untuk mensurvei tempat di beberapa daerah seperti Bangsri, Banjaran dan akhirnya menemukan
tempat yang cocok yaitu hutan Sibebek ( Kelet ) 1908. Rumah Sakit kelet
diresmikan tanggal 7 Januari 1915 dan Rumah Kusta Donorojo tanggal 30 April
1916
Setelah Rumah Sakit Kelet beroperasi, banyak orang yang
datang berobat dan mulai menetap di Kelet sehingga tahun 1927 mulailah
pembangunan gereja Kelet dan mulai dipakai tahun 1930.
MUSYAWARAH PEMIMPIN GEREJA DI KELET 1940
1.3. Pekerjaan Penginjil Pribumi
1.3.1. Tunggul
Wulung
Setelah menerima pengajaran Kristen dari Jellesma ( NZG )
di Mojowarno. Tunggul Wulung dengan semangat sebagai seorang “ Guru Ngelmu “
yang ditekuni sebelum ia menjadi Kristen berkelana untuk memberitakan Injil
kepada siapa saja yang ditemui di perjalanan. Setelah merasa cukup berguru dengan
Jellesma, Tunggul Wulung mengadakan perjalanan pemberitaan Injil ke sekitar
Muria, tempat dimana ia pernah berada sebelum berguru di Mojowarno pada
Jellesma. Dalam perjalanannya di sekitar Muria, tahun 1853 Tunggul Wulung
sampai di daerah Kayuapu, dalam usaha pemberitaan Injil di daerah Kayuapu ada
beberapa orang yang mengenal kekristenan
darinya. Kemudian setahun 1854 kemudian Tunggul Wulung sampai di daerah Jepara
dan bertemu dengan Pieter Jansz. Oleh karena merasa tidak cocok dengan
PieterJansz maka Tungglul Wulung melanjutkan perjalanan di daerah Bondo.
Kebetulan di daerah Bondo sudah ada orang yang tertarik dengan kekristenan
sebelum ia datang ke Bondo yaitu Lahut Gunowongso bersama keluarga yang pindah
dari daerah Simongan Semarang. Di Bondo ini rupanya Tunggul Wulung menemukan
kecocokan, sehingga Ia memutuskan tinggal di Bondo dan membuka desa perdikan
seperti yang dilakukan oleh Penginjil Coolen di Ngoro dekat Mojowarno
Kyai Ibrahim Tunggul Wulung
Dari Bondo Tunggul Wulung teringat akan teman- temannya
yang berada di daerah Ngluwang Kawedanan Margotuhu, sehingga ia menutuskan
untuk memberitakan Injil ke sana.
Ternyata orang – orang yang dicari sudah tidak ada, sehingga ia memutuskan
untuk memberitakan Injil ke daerah Dukuhseti. Kemudian Tunggul Wulung membangun
padepokan Kristen untuk para pengikutnya di daerah Jati Kurung, namun oleh
masyarakat Tunggul Wulung di paksa pindah ke daerah pantai di dekat mata air (
walau di dekat pantai namun airnya tawar ) sehingga tempat di mana Tunggul
Wulung membangun jemaatnya dinamakan Banyutowo 1864.
Terdorong untuk terus memberitakan Injil, setelah Tunggul
Wulung berhasil membangun Padepokan di Banyutowo untuk para pengikutnya, ia
bergeser ke Utara yaitu Tegalombo. Di Tegalombo juga Tunggul Wulung berhasil membangun
Padepokan untuk para pengikutnya.
1.3.2.
Pasrah Noeriman
Orang
– orang Kayuapu yang tertarik pada Injil oleh pemberitaan Tunggul Wulung adalah
Noeriman, Taruno, Singojoyo, dan Pramongso. Kemudian keempat orang tersebut
minta bantuan Pdt. Hoezoo ( NZG ) dari yang berada di Semarang untuk memberi pelajaran yang lebih
dalam dalam tentang kekristenan, sehingga mereka berempat dibabtis oleh Pdt.
Hoezoo tanggal 16 Juni 1853 di Semarang. Setelah dibabtis mereka kembali ke
Kayuapu dan memberitakan Injil. Sebagai orang yang dituakan Noeriman mendapat
kepercayaan untuk menjadi pemimpin kelompok orang Kristen di Kayuapu karena
Hoezoo tinggal cukup jauh di Semarang.
Dilanjutkan
oleh Asa Kiman yang berasal dari Jawa Timur murid Jellesma, Filemon, kemudian
sebelum bergabung dengan badan Misi Mennonite di tahun 1901, Kayuapu dilayani
oleh Gersom Filemon anak Filemon. Dengan bergabungnya jemaat Kayuapu dengan
misi Mennonite ( DZV ) di tahun 1901, maka Kayuapu resmi menjadi tanggung jawab
oleh DZv, sehingga DZV menempat Johan Fast ( anak menantu Pieter Jansz ) yang
semula menetap di Margorejo pindah ke Kayuapu.
ANAK – ANAK DAN GURU – GURU SEKOLAH DI
KAYUAPU
1.3.3.
Pasrah Karso
Berita
Injil pertama kali di dengar oleh Pasrah Karso dari Tunggul Wulung ketika ia
dan keluarganya masih tinggal di Ngalapan ( dekat Juana ). Setelah ia pindah di
Pulojati ( Pecangaan ) ia makin rindu untuk mendengar berita Injil yang lebih
jelas. Kemudian ia berkunjung ke Kayuapu dan terkesan oleh persekutuan orang –
orang Kristen di Kayuapu, kemudian setelah kembali ke Pulojati ia memutuskan
untuk menjadi orang Kristen dan dibabtis oleh Pieter Jansz.
Sebagai
orang Kristen Pasrah Karso terpanggil untuk memberitakan Injil seperti Tunggul
Wulung dan juga gurunya, sehingga ia memutuskan untuk membuka daerah baru untuk
orang Kristen. Tahun 1861 Pasrah Karso pindah ke Bondo bersama Tunggul Wulung. Tahun
1869, Pasrah Karso berhasil membuka hutan Penjalin di Desa Karang Gondang, dan
dinamai Kedung Penjalin. Pasrah Karso memimpin jemaat Kedungpenjalin sampai
tahun 1895, karena alasan usia. Kemudian jemaat bergabung dengan DZV tahun 1895
dan dilayani oleh Johann Hubert dari Rusia.
B.
Periode
1940 – 1965
1. Menuju
Proses Kemandirian
Pecahnya
PD II membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan bergereja, oleh karena
banyak para misionaris yang harus pulang ke Eropa dan juga suplai bantuan untuk
jemaat Kristen di Jawa sangat berlkurang sehingga gereja saat itu mengalami
goncangan seperti anak ayam kehilangan induknya. Sebab semula menggantungkan semuanya
dari uluran tangan para misionaris dan demikian juga penataan gereja semua
diurus oleh para misionaris. Dalam situasi seperti para pemimpin gereja dari
kalang orang Jawa tergerak untuk mengadakan musyawarah dan menggalang persatuan
antar gereja, maka pada tanggal 30 Mei 1940, ada 12 gereja yang mengadakan
musyawarah di Kelet untuk membentuk wadah kebersamaan yang disebut “
Patunggilan Pasamuan Kristen Tata Injil Ing Karesidenan Pati Kudus lan Jepara.
Dari peristiwa inilah kemudian dijadikan sebagai momentum berdirinya Sinode
GITJ. Nama Gereja Injili di Tanah Djawa ( GITD ) muncul dalam persidangan di
pati tanggal 28 – 30 Juni 1949, namun belum diumumkan hanya dicatatkan dalam sebagai
badan Hukum di pemerintah di Jakarta.
Secara defacto nama GITJ dipakai sejak sidang Sinode VII di Kudus tanggal 14 –
16 Mei 1956 sampai sekarang.
C.
Periode
1965 – 1996
1. Proses
Kemandirian yang tersendat
Jalan
menuju kemandirian ternyata tidaklah segampang membalik tangan. Secara
organisasi GITJ sejak awal tahun 1960 menjadi gereja yang mandiri karena
seluruh pemimpin gereja adalah orang – orang pribumi. Selain itu juga Sinode
GITJ berhasil mengembang lembaga pelayanan untuk menuju pelayanan Holistic
yaitu memperhatikan kebutuhan umat dari sisi spiritual dan jasmani. Hal itu di
buktikan dengan berdirinya lembaga sebagai berikut :
1.1. Lembaga
Pendidikan
Bopkri,
PGAK, AKWW
1.2. Lembaga
Kesehatan : RSK Tayu
1.3. Lembaga
Pemberdayaan Ekonomi Jemaat ( YAKEM )
1.4. Lembaga Perawatan anak – anak terlantar ( Pakri )
Melalui lembaga pelayanan – pelayanan tersebut dan
pelayanan penginjilanl sesuai konteks, maka banyak jiwa – jiwa yang percaya
Yesus. Terutama tahun 1965 – 70 an pertambahan jumlah orang percaya sangat
significan. Oleh karena peristiwa G 30’S memaksa semua orang harus memiliki
agama dan dicantumkan diidentitasnya. Namun sayang hal tersebut dibarengii
dengan kemampuan untuk menggali dana dan kemampuan managemen yang baik sehingga
gereja masih terus bergantung pada bantuan badan Zending ( Komisi Jawa, MCC,
EMEK sehingga memberi dampak yang kurang baik dalam perjalanan sejarah GITJ.
2. Awal
Mula Petaka
Pertambahan
jumlah orang percaya pada Yesus adalah hal sungguh menggembirakan, tetapi karena tidak diimbangi dengan kemampuan
managemen yang baik maka yang terjadi adalah perebutan kekuasaan baik untuk
menguasai massa ( Jemaat ) maupun untuk menguasai asset gereja, sehingga
berakibatt kehancuran baik secara organisasi maupun iman para pemimipin gereja.
Perpecahan GITJ dimulai dari perebutan kekuasaan dan asset gereja. Mulai dari
RSK Tayu, Yakem, PAKRI, Bopkri dan AKWW. Yang berakibat 1989 ada dua kubu satu
di Pati dan satu di Salatiga ( Sinode ) bayangan.
Peritiwa
sangat tragis terjadi 1996 secara resmi Sinode GITJ pecah jadi dua Sinode. Sinode pro pembaharuan dengan anggota gereja 57
dari 73 gereja anggota, yang berkantor di Jl. Diponegoro dan sisanya berkantor
di Jl. Penjawi dan di dukung pemerintah melalui Dirjan Bimas Kristen.
D.
Periode
1996 – 2000
Upaya
Rekonsiliasi
Konflik di GITJ mengundang keprihatinan dan perhatian
beberapa Mitra misalnya.
1. Sinode
GKMI
2. BMGJ,
PGIW, PGI ( Ekomenis )
3. MWC,
AMS ( Sesama Mennonite )
4. MCC,
ADS ( Mitra kerja )
5. Pdt.
Lawrence dan Sherly Yoder ( Fasilitator dan Mediator )
6. Pdt.
Duane Ruth Heffelbower ( MCC )
Langkah
konkrit untuk menuju rekonsiliasi terus diupayakan oleh para mediator dan
fasilitator sehingga tahun 1998 ada pertemuan kedua belah pihak di Elika
Bandungan, Wisma Sinode GKMI, Wisma LPMI. Dari pertemuan – pertemuan tersebut
disepakati uuntuk mengadakan pertemuan resmi kedua BPH Sinode. dan terjadi tanggal
23 Juni 2000 di Bandungan dengan menghasilkan sidang bersama dengan agenda
kesepakatan bersatu dan dilanjutkan dengan Pertemuan Raya dengan mengundang
seluruh gereja anggota. Dalam pertemuan tersebut disepakatan Deklarasi
Bandungan 2000.
E.
Periode
2000 – sekarang
1. Deklarasi
Bandungan mengantar gereja – gereja untuk menuju puncuk rekonsiliasi yang
terjadi tanggal 9 – 11 Nopember 2000, menghasil BPH Sinode Rekonsiliasii dengan
masa bakti 2000 – 2002 yang disebut Sidang SRI dengan model Power Sharing ( 50
– 50 yang jadi BPH ).
2. Sidang
Raya XIX di Margokerto 14 – 16 Nopember 2002 menghasil BPH masabakti 2002 –
2007, TD/TL, dan Renstra
3. Samapi
saat ini gereja anggota Sinode sebanyak 100 gereja , pepanthan 119 buah, jumlah jemaat 65.000 jiwa
III.
Penutup
Sejarah perjalanan GITJ sangat unik, sehingga
perlu untuk dipahami, dimengerti, dan dikembangkan bagi kemuliaan Tuhan. Amin
IV.
Dattar
Pustaka
1.
Martati Ins. Kumaat, Benih
Yang Tumbuh V , ( Studi DGI : Jakarta, 1973 )
2. Mattijsen,
JP, Asas – asa Sejarah Mennonite, ( Sinode Muria : Semarang, 1958 )
3. World
Directory 2006, of Mennonite World
Conference
4. Yoder,
LM, Naskah Sejarah GITJ, ( Sinode
GITJ : Pati, 2006 )
5.
Kumpulan naskah seminar, Langkah
GITJ Menuju Jemaat yang Misioner ( Sinode GITJ : Pati , 2004
6.
Kumpulan Naskah Seminar, 150
TAHUN NAPAK TILAS JEJAK PITER JANSZ, ( Panitia
Napal Tilas 150 tahun Pieter Jansz : Jepara , 2001 )
Comments